Minggu, 01 Desember 2013

Lagi-Lagi Kurikulum Mengalami Perubahan!!!




    
                       Istilah kurikulum semula berasal dari istilah dari dunia atletik yaitu curere yang berarti berlari. Dari atletik, mengalami pergeseran arti ke dunia pendidikan, misalnya pengertian kurikulum yang tercantum dalam Webster’s International Dictionary:
Curiculum : Course a specified fixed course of study, as in a school or college, as one leading ti a degree.
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang ditempuh atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah. Beberapa pendapat para ahli tentang kurikulum yaitu:
1. Robert Gagne (1967): kurikulum adalah suatu rangkaian unit materi belajar yang disusun sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mempelajarinya berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki/dikkuasai sebelumnya.
2. James Popham, dam Eva Baker (1970): kurikulum adalah seluruh hasil belajar yang direncanakan dan merupakan tanggung jawab sekolah.
3. Glatthorn mengartikan kurikulum sebagai rencana yang dibuat untuk membimbing anak belajar di sekolah, disajikan dalam bentuk dokumen yang sudah ditentukan, disusun berdasarkan tingkat-tingkat generalisasi, dapat diaktualisasikan dalam kelas, dapat diamati oleh pihak yang tidak berkepentingan, dan dapat membawa perubahan tingkah laku. (M. Ahmad.Pengembangan Kurikulum).
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia telah berkali-kali berganti kurikulum, mulai dari kurikulum tahun 1947, tahun 1952, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun 2004, tahun 2006 serta yang terbaru adalah kurikulum tahun 2013
Namun, dalam hal penerapan kurikulum 2013 ini masih banyak pertanyaan besar. misalnya saja: banyak yang belum memahami kurikulum 2013 itu apa? selain itu banyak juga guru mengeluh memakai buku acuan yang bagaimana untuk pembelajaran yang akan diajarkan, karena buku kurikulum 2013 belum di bagikan.
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Tapi pada kenyataanya, perubahan kurikulum di negara kita ini lebih menitik beratkan pada perubahan konsep tertulisnya saja berupa buku-buku pelajaran dan perangkat pembelajaran saja tanpa mau memperbaiki proses pelaksanaanya di tingkat sekolah. sedangkan proses dan hasilnya tak pernah mampu dijawab oleh kurikulum pendidikan kita. Lalu yang jadi pertanyaan sekarang adalah, mampukah kurikulum 2013 bisa merubah kualitas pendidikan di Indonesia ??
Kesimpulannya adalah bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai kurikulum pendidikan yang bagus dan baik serta memberi motivasi pelajarnya agar bisa meningkatkan standar mutu pendidikannya di kemudian hari. Kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap. Perubahan setiap kurikulum membuat bingung semua pihak. Hendaknya pemerintah dapat menetapkan kurikulum mana yang cocok digunakan di Indonesia sehingga tidak membingungkan semua pihak dan dapat meningkatkan standar mutu pendidikan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jumari, kang. 2007. http:// kangjumari.blogspot.com/27/12/kurikulum-di-indoonesia-pembahuruan.html. Rabu. 6 November 2013.
Dwitagama,dedi.2007.http//kesadaransejarah.blogspot.com./2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.html. Rabu. 6 November 2013.

Senin, 11 November 2013

CARA MENGATASI SISWA MALAS BELAJAR DAN ENGGAN MENGERJAKAN PR

       

Bersekolah adalah hal yang menyenangkan. Sebagian anak dengan riang dan wajah ceria berangkat menuju tempat mereka belajar itu. Tetapi, bagi sebagian lainnya, bersekolah dan belajar menjadi momok yang membosankan. Jangankan berangkat dengan ceria, mendengar kata sekolah saja sepertinya mereka enggan. Dan ketika anak SD diberi tugas atau PR terkadang anak SD enggah mengerjakannya. Walaupun tidak semua anak malas mengerjakan PR, namun sebagian besar siswa dalam satu kelas enggan mengerjakan PR. Alasan yang paling umum mereka lontarkan adalah buku ketinggalan, lupa ketika ada PR sampai alasan kemarin tidak masuk sekolah. Alasan-alasan yang semacam itu memang membuat kita (guru) terkadang memaklumi hal yang sedemikian itu. Namun kenyataanya anak tidak mengerjakan PR lantaran malas, bukan karena alasan-alasan diatas. Adapun cara yang dapat ditempuh untuk membangkitkan motivasi siswa dalam kasus ini antara lain:

1. Membuat kelompok belajar yang salah satunya harus ada siswa yang pandai
       Mungkin banyak yang berpendapat bahwa belajar kelompok hanya akan dimanfaatkan siswa yang malas untuk menyontek pekerjaan anak yang pandai. Namun hal itu adalah salah. Usia sekolah dasar berbeda dengan anak SMP atau SMA. Egoisme dan pengakuan lebih pandai masih sangat melekat pada diri anak. Dari pengalaman saya saat ada kegiatan mengajar di MI Muhammadiyah Kedung Banteng, saat saya membuat kelompok untuk siswa, anak yang pandai bersikap galak seolah dia yang mengajar temannya, tetapi hal ini bisa membuat siswa yang lain akan ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok dari guru. Karena siswa yang lain tidak mau di anggap hanya menebeng nama saja.

2. Sebaiknya guru tidak boleh  memberi PR terlalu banyak
      Hal ini bertujuan agar siswa tidak mudah bosan dalam mengikuti proses pembelajaran, karena yang kita tahu bahwa guru zaman sekarang memberikan PR yang terlalu banyak kepada siswa sehingga membuat siswa enggan dalam mengerjakan tugas dari guru.

3. Hukuman bagi siswa yang tidak mengerjakan jangan terlalu berat. Hukumlah siswa yang tidak mengerjakan dengan hukuman yang ringan tapi "mendidik", misalnya:
a. menghukum dengan cara siswa disuruh menulis pada selembar folio dengan kalimat yang mendidik agar siswa tidak melakukan lagi. misalnya di suruh menulis kalimat "saya berjanji tida akn mengulanginya lagi ", hal ini juga bisa melatih keterampilan siswa dalam menulis agar tulisannya menjadi bagus, dan agar memberikan efek jerah pada siswa
b. menggosok papan setelah pelajaran selesai
c. menjawab beberapa pertanyaan PR yang sudah diberikan oleh guru

4. Berkomunikasi dengan wali murid
         Hal ini sangat penting karena selain sebagai jembatan komunikasi guru dengan orang tua murid tentang perkembangan siswa, hal ini juga bertujuan agar orang tua mengetahui apakah anaknya semangat atau tidak dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu wali murid juga bisa bertukar pendapat tentang anaknya di sekolah.

5. Memberikan PR yang kreatif dan inovatif, misalnya :
a. membentuk soal dengan menyertakan gambar, agar siswa lebih tertarik dalam mengerjakannya
b. membentuk soal seperti bentuk origami, misalnya soalnya dibentuk seperti bunga atau pesawat, hal ini bertujuan ketika siswa membuka soal yang di berikan oleh guru siswa akan berantusias dalam mengerjakannya, karena kebanyakn guru memberikan PR yang biasa-biasa saja atau hanya berupa soal.


Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud berkerjasama dengan Rineka